Minggu, 12 Oktober 2008

Jejak Langka Almarhum Jenderal M Jusuf Di Pulau Sembilan (2)

Rumah Kuning Dianggap Sebagai Tempat Bersejarah


Bila berkunjung ke Pulau Kambuno, Kacamatan Pulau Sembilan untuk mengetahui lebih jauh tentang Almarhum Jenderal M Jusuf serta jaman pergerakan kemerdekaan, maka tak lepas dari sejarah cerita Rumah Kuning.


LAPORAN: ABUBAKAR AR


Rumah Kuning di Pulau Kambuno merupakan saksi bisu jaman pergerakan kemerdekaan. Kediaman tersebut adalah milik H Kalebbu yang merupakan pemilik kapal yang ditumpangi Almarhum Jenderal M Jusuf berlayar ke Jawa.

Cucu H Kalebbu, Syamsul Bachri mengatakan disebut rumah kuning, karena sejak rumah panggung itu didirikan dindingnya bercat kuning hingga sekarang. Sebelum M Jusuf bertolak ke Jawa, di rumah inilah segala persiapan dilakukan untuk bekalnya diperjalanan.

Ibu Syamsul, Hj Maemunah menuturkan, M Jusuf dan rombongannya berlayar pada malam hari. Sebelumnya Maemuhan diminta menyiapkan bekal seperti beras dan kue ratu jintang sebagai bekal mereka di perjalanan.

"Nahkoda kapal bernama Sirajut yang juga berasal dari Kajuara sempat bertanya ke saya, oleh-oleh apa yang mau dibawakan pulang. Saya tidak pesan apa-apa, saya hanya berharap semuanya selamat," kisah Maemunah.

Alwi menambahkan dalam rombongan yang berangkat juga ikut seorang bernama Daud sebagai koki yang kelak berpangkat kolonel dan sempat menjabat bupati di Enrekang.

Rumah Kuning dianggap bersejarah karena semenjak kedatangan M Jusuf di Pulau Sembilan, rumah tersebut dijadikan sebagai tempat berkumpulnya para gerilyawan. Hingga suatu saat datang tentara Belanda mengobrak-abrik Pulau Sembilan dan membakar semua rumah yang ada. Namun satu-satunya rumah yang tak terlalap si jago merah adalah Rumah Kuning.



"Waktu itu atap rumbia rumah sudah disiram minyak tanah. Tapi ajaib rumah itu tak habis dimakan api. Hanya tumpahan minyak saja yang terbarkar," jelas Maemunah yang diamini Syamsul.

Maemunah melanjutkan, waktu itu Syamsul sudah berumur lima tahun. Semua orang lari keluar. Hanya satu yang tinggal di dalam rumah, yakni H Mattene yang juga dari Bone. Tiga orang meninggal dalam kejadian itu akibat sasaran tembak tentara Belanda yang membabi buta.

Sejak itu, tambah Syamsul, Rumah Kuning dipertahankan bentuk aslinya. Hanya atap atap dan kuda-kudanya yang sempat dipugar. Penulis pun diajak menginap di Rumah Kuning oleh Syamsul, karena menurutnya Almarhum Jenderal M Yusuf pernah menginap di rumah ini semasa dia di Pulau Sembilan.

"Semasa Sabirin Yahya yang juga anak mantan pejuang di Sinjai menjabat camat di Sinjai Utara meminta kami tak mengubah bentuk dasar rumah ini, karena katanya rumah ini punya nilai sejarah," ungkap Syamsul kepada penulis saat memasuki pintu Rumah Kuning. Di dalamnya terdiri tiga buah kamar yang disekat dengan tripleks.

Namun informasi M Jusuf sempat menginap di Rumah Kuning simpang siur. Menurut Maemunah, M Jusuf tak pernah menginap di rumah itu. M Jusuf hanya berdiam terus di dalam kapal, karena takut didapat oleh tentara Belanda. Informasi ini dikuatkan oleh Alwi yang mengatakan selama di Pulau Sembilan, M Jusuf tak pernah menginap dirumah. Ia selalu di kapal. "Dia sangat jarang berkeliaran dan terlihat orang banyak," tambah Alwi.(***)

Tidak ada komentar: